Menghindari Bangga Diri

Banyak di antara kita yang masih sering berbuat bukan karena Allah, tetapi penilaian makhluk, menuhankan manusia. Lebih sibuk tunduk dan patuh, sangat berharap, takut, penuh cinta, mengabdi sepenuh jiwa kepada selain Allah.

Dalam hal ucapan lisan misalnya, bila mengatakan hingga demikian yakinnya, tidak ada yang bisa selain saya, maka itu sudah jadi menuhankan dirinya. Patut kiranya kita berhati-hati jika menyatakan diri bisa atas sesuatu hal, wajib bagi dirinya menambahkan dengan perkataan ‘dengan ijin Allah saya bisa’.

Coba renungkan, jika kita harus mengandalkan hanya diri sendiri untuk mengurusi semua yang terkait dengan diri kita, sedangkan demikian banyaknya apa yang kita tidak ketahui dalam hidup ini: kita tidak tahu tentang jantung, usus, dan masih banyak lagi. Makanan yang tersaji di hadapan kita, seperti berasnya, lauk pauknya. Terbayangkah bagaimana dari awal proses hingga tersajikannya makanan itu... Lalu, mana yang lebih hebat, kita yang mengejar makanan atau makanan mengejar kita?

Bagaimana mungkin kita sok tahu menghadapi sesuatu yang tidak tahu, rejeki kita saja tidak tahu. Beruntung kita tidak diwajibkan Allah mengurusi atas apa yang kita tidak tahu itu yang menjadi kewenangan Allah, seperti detak jantung, aliran darah, dan sebagainya.

Merasa diri ini mampu adalah sebuah perbuatan ujub. Maka janganlah kita senang berbuat ujub yang menunjukkan kita mampu atau bisa berbuat sesuatu, “Laa haula wa la quwwata illa billah”. Benar ada beberapa kemampuan yang Allah berikan kepada kita, tetapi jangan menjadi keyakinan itu sesuatu yang menyelesaikan masalah. Kalau sampai yakin yang bisa menyelesaikan masalah dengan pengalaman kita, itu tidak benar. Tidak akan habisnya kebaikan bagi kita atas pertolongan Allah setiap saat.

Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu "MAA SYAA ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH" (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan, maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik daripada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu, hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin.(QS Al Kahfi : 39-40)

Jangan sampai kita merasa sukses, tetapi ternyata hanya kehinaan yang terasa. (teja)